Guru, Presenter dan Teknologi bagian pertama

Pintar itu gratis!

Dear all, tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu Relasi Positif Guru dan Anak . Melihat dari judul diatas, penulis yakin banyak teman-teman yang beranggapan bahwa secara garis besar  guru dan presenter tidak jauh berbeda, keduanyapun juga memanfaatkan teknologi, hanya pada prosesnya serta hasil yang ingin didapatkan guru atau presenter berbeda. Pendapat ini sangat mendekati, tetapi bukan itu yang ingin penulis jabarkan di sini. Sebelum melanjutkan , ada baiknya penulis tekankan bahwa :

Tulisan ini bukan dan tidak sama sekali bermaksud mengajarkan seorang guru mengajar yang dalam sebuah peribahasa secara garis besar adalah tidak mungkin mengajarkan ikan berenang. Seorang guru memiliki gaya dan caranya sendiri dalam mengajar sesuai naluri alaminya. Tentunya gaya dan cara ini harus disesuaikan dengan kondisi air dan lingkungan yang ada. Tulisan ini adalah untuk berbagi dan sarana membangun relasi positif antara guru dan anak di zaman milineal ini.

Presentasi sendiri merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bisa diartikan sebagai kegiatan pengajuan suatu topik atau materi, pendapat ataupun informasi kepada orang lain. Dalam sebuah presentasi akan terdapat beberapa unsur pokok, diantaranya adalah:

  • pihak yang melakukan presentasi disebut presenter
  • peserta presentasi atau audiens juga disebut audience
  • media atau perangkat presentasi.

Tentunya dari poin diatas guru adalah bagian dari individu yang melakukan presentasi, maka dengan itu guru pun juga layak disebut sebagai presenter seperti halnya pembawa acara televisi, reporter, MC, motivator, Dokter, Direktur, Marketing, CEO dan sebagainya. Bahkan tugas seorang guru bisa hampir disamakan dengan tugas seorang Presiden. Bagaimana bisa? tentu saja bisa, karena sebagai tenaga pendidik, guru yang baik harus bisa berfungsi sebagai :

  1. Fasilitator
  2. Energizer
  3. Motivator

Apakah 3 poin diatas hanya berlaku pada guru zaman now (pengucapan anak milineal untuk guru zaman sekarang) saja, bagaimana dengan guru zaman dulu?  Secara sadar maupun tidak sadar, 3 poin diatas telah menjadi fondasi utama bagi semua insan yang berprofesi atau menempatkan dirinya sebagai seorang guru, hanya zamannya yang berbeda. Banyak orang yang sukses dengan bimbingan guru-guru di zaman dulu sampai sekarang adalah bukti dan barometer nya.

Sebagai Fasilitator, guru kelas layaknya seorang presiden harus bisa menfasilitasi keadaan, seperti anak-anak yang kurang fokus menjadi lebih fokus, begitupun dengan anak-anak yang kurang bahagia di kelas menjadi bahagia serta hal dasar lainnya. Sebagai Fasilitator guru juga harus bisa membuat seluruh anak terbuka akan masalah yang dihadapinya terutama jika itu mengganggu kenyamanan anak dalam proses belajar mengajar. Bahkan ketika si anak belum sarapan guru yang baik akan jeli melihat hal itu dan  memangil si anak, menggali dan memastikan kondisi itu, lalu  menyuruh anak itu sarapan. Hal ini perah terjadi pada penulis sendiri, apakah teman-teman pembaca pernah merasakannya? tentunya guru-guru yang sukses dalam melakukan fungsi fasilitator ini akan dijadikan guru favorit atau guru idola oleh anak-anak muridnya bukan? Menjadi guru yang sukses berfungsi sebagai fasilitator sangatlah penting dalam membangun relasi positif. Dengan adanya relasi positif maka akan tercipta suasana keterbukaan antara guru dan anak. Dalam hal ini si anak tidak akan segan-segan untuk mencurahkan masalah atau kendala yang dihadapinya dalam proses belajar. Bagaimana dengan Kepala Sekolah baik di sekolah Formal ataupun Non Formal? Tentunya Kepala Sekolah yang baik sebagai puncak organisasi akan selalu menjadi fasilitator antara guru, anak dan orang tua.

Bagaimana dengan Energizer,  guru yang baik adalah seseorang yang dapat memberikan energi positif seperti dalam perilaku, semangat, gairah belajar dan hal positif lainnya dan berdampak ke anak muridnya baik secara sadar maupun tidak. Seorang guru yang memiliki gairah dalam mengajar secara otomatis akan menularkan ha tersebut kepada muridnya. Bisa kita bayangkan bersama bagaimana jika seorang guru selalu mengeluh ketika mengajar, muka muram karena banyak masalah baik di sekolah maupun di rumah, badan lemas dan sebagainya, apalah bisa memberikan efek positif kepada muridnya? Guru yang baik akan memiliki naluri sebagai Energizer bagi muridnya terlepas dari masalah pribadi yang di hadapinya, hal ini layaknya seorang presiden yang selalu harus tersenyum walau banyak diterjang cobaan bukan? Kenaikan gaji guru di sekolah formal juga harus berlaku bagi guru honorer, kenapa? karena mereka adalah guru yang berfungsi sebagai energizer dan fasilitator juga. Hal ini tentunya ditujukan kepada Presiden sendiri melalui kementerian terkait karena jika membicarakan kenaikan gaji guru tentunya yang perlu diperhatikan adalah fungsi alamiah guru sebagai fasilitator dan energizer itu sendiri yang harus ditingkatkan sehingga berbanding lurus dengan kenaikannya bahkan harus lebih. Maka akan sangat diperlukan sebuah standar operasional yang sederhana dan mendasar dari pemerintah. Mengembalikan fungsi Fasilitator dan Energizer ini jelas akan mambangun relasi positif guru dan anak. Relasi positif ini jelas akan berdampak bagi pendidikan Indonesia umumnya.

Bagaimana dengan Motivator? Seluruh kegiatan guru sudah seharusnya berhubungan dengan kegiatan motivasi. Seorang anak memerlukan sebuah motivasi untuk mengetahui mengapa sebuah materi perlu untuk dipelajari, Anak memerlukan motivasi untuk pergi ke sekolah secara konsisten, motivasi ketika si anak mendapatkan hasil jelek dalam suatu materi, motivasi ketika si anak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, motivasi memliih sekolah yang diinginkan, memilih pekerjaan yang diimpikan dan sebagainya. Tentunya motivasi akan berbeda di setiap usia, guru yang baik dengan nalurinya akan mengetahui dengan jeli bagaimana menyisipkan hal ini dalam proses belajar mengajar, baik membuat sesi khusus, menyisipkannya di dalam pelajaran, memakai bentuk permainan dan sebagainya.

bagan web 1

Ketika seorang guru telah mengasah kembali fungsi alamiahnya sebagai seorang Fasilitator, Energizer dan Motivator maka bisa dipastikan guru tersebut selalu bisa menyesuaikan zaman, apapun kurikulumnya serta kondisi apa yang dihadapinya. Tentunya hal ini akan menjadi tidak lengkap jika kita tidak membahas teknik – teknik apa saja yang harus diperhatikan guru secara garis besar dalam proses belajar mengajar dikelas. Teknik yang  effektif dan effesien, khususnya pada  zaman teknologi dewasa ini. Zaman teknologi yang masih tidak merata sampai saat ini. Untuk membahasnya secara lebih luas dan mendetail maka penulis akan menjabarkannya pada bagian selanjutnya dari tulisan ini.

Guru yang baik tentunya akan selalu mengasah dan menerapkan fungsi dasarnya sebagai Fasilitator, Energizer dan Motivator. Hal ini sangat penting dalam menjaga dan membangun relasi positif antara guru dan anak. Relasi positif ini akan memudahkan orang tua dan lingkungan positif untuk mengawasi anak dan secara otomatis membina relasi positif antara orang tua, guru dan anak. Peran Kepala Sekolah yang baik tentunya akan selalu memastikan kondisi  relasi positif ini berjalan dengan baik.

Masukan, saran serta ktitikan sangat diperlukan oleh penulis untuk menambahkan kaidah dan manfaat dari tulisan ini. Silahkan tuliskan di kolom komentar, biar bagaimanapun masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah kita bersama sebagai rakyat Indonesia. Semua elemen bangsa ini bertanggung jawab atas nasib generasi selanjutnya. Apapun perannya. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Best regard

businesscard12_1_102423

Comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Ada yang bisa kami bantu?