Bagaimana mendengarkan orang-orang tercinta dengan rasa empati di tengah-tengah tekanan pembatasan sosial

Annmarie Caño

COVID-19 telah membuka banyak hal tentang dunia kita, termasuk kerentanan-kerentanan yang melekat di perekenomian, perawatan kesehatan, dan lembaga-lembaga pendidikan kita. Wabah penyakit ini dan juga peraturan-peraturan untuk tinggal di rumah yang kemudian muncul karenanya juga membuka kerentanan-kerentanan hubungan kita dengan orang lain.

Kebanyakan dari kita tidak hanya menghadapi kegelisahan, kemarahan, dan kesedihan kita sendiri; tetapi juga kegelisahan, kemarahan, dan kesedihan dari orang-orang yang tinggal dengan kita dan juga kerabat dan teman-teman yang kita hubungi secara virtual. Bagaimana kita bisa berempati sementara hati kita sendiri dipenuhi beban? Apakah ini mungkin?

Sebagai seorang psikolog klinis, saya telah menghabiskan dua dekadae terakhir ini untuk mempelajari bagaimana pasangan-pasangan yang menghadapi tekanan kronis dapat tetap hadir untuk satu sama lain ditengah-tengah beban pribadi mereka. Studi saya dan beberapa kolega saya menunjukkan bahwa adalah mungkin, dan bahkan sangat bermanfaat baik untuk diri kita, pasangan, dan hubungan kita, apabila kita belajar untuk mempraktikkan empati dan juga ketrampilan-ketrampilan lain bahkan ketika kita sedang tidak berdamai dengan dunia. Mengingat kita tidak akan diminta untuk tetap di rumah untuk selama-lamanya, masuk akal apabila kita mulai berupaya dari sekarang untuk mempertahankan dan mengedepankan hubungan-hubungan yang sehat yang dapat bertahan melampaui masa COVID-19.

Berbagi perasaan dan emosi itu bagus, tetapi mendengarkan juga diperlukan

Mengekspresikan perasaan kita kepada orang-orang terkasih merupakan reaksi yang alami apabila kita mengalami stres. Kenyataannya, kita berbagi perasaan dengan orang lain untuk sejumlah alasan: untuk menjalin hubungan dengan orang lain, untuk memperoleh kenyamanan, atau untuk mencari saran. Berbagi perasaan dengan orang lain dapat membantu kita untuk menangani emosi kita sendiri.

Namun, bukan hanya tindakan menyampaikan emosi saja yang dapat membantu kita untuk merasa lebih baik. Memiliki mitra yang mendengarkan kita, responsif secara emosional, dan “benar-benar memahami kita” adalah kuncinya.

Sulit memang untuk benar-benar hadir untuk orang lain apabila kita sendiri sedang mengalami stres. Faktanya, mendengarkan keluh kesah orang yang kita kasihi dapat merugikan kesehatan kita sendiri. Saya dan kolega saya menemukan bahwa pasangan-pasangan yang dimana salah satu ataupun keduanya merasakan rasa sakit kronis melaporkan perasaan-perasaan terisolasi, tidak berdaya, dan kebencian di dalam hubungan-hubungan mereka yang mempengaruhi kesehatan emosional dan kesehatan hubungan mereka.

Bahkan ketika kedua pasangan memiliki perasaan sakit yang kronis, mereka akan memiliki pengalaman yang berbeda, strategi-strategi yang berbeda untuk mengatasinya, dan juga emosi-emosi yang berbeda dalam menghadapi masa depan yang tidak pasti dengan penyait kronis. Akan tetapi, pasangan-pasangan ini menemukan bahwa membangun apa yang para psikolog sebut sebagai fleksibilitas relasi dapat menyokong kualitas hidup mereka serta kualitas hubungan mereka.

Melatih keterampilan baru

Kemampuan untuk membagi perasaan kita dengan pasangan dan mendengarkan     perasaan pasangan dalam perilaku yang tidak menghakimi yang menghormati nilai-nilai dari masing-masing pasangan adalah sesuatu yang kami para psikolog sebut sebagai fleksibilitas relasi. Penelitian kami menunjukkan ada beberapa cara untuk memupuk ketrampilan-ketrampilan fleksibilitas relasi.

  1. Kembali kepada nilai-nilai Anda: Kita dapat sering terbawa keadaan dan melupakan apa yang benar-benar penting. Terapi-terapi seperti terapi penerimaan dan komitment (acceptance and commitment therapy) dan praktik-praktik spiritual dapat mendukung kita untuk meluruskan kembali aksi-aksi kita dengan nilai-nilai pribadi kita sehingga kecemasan-kecemasan eksternal, tekanan waktu, dan faktor-faktor lainnya tidak mengendalikan perilaku kita. Membayangkan apa yang kita ingin orang-orang katakan pada hari pensiun kita, ulang tahun, atau perayaan atau bahkan upacara pemakaman dapat membuat Anda kembali fokus kepada nilai-nilai Anda.
  • Rasa ingin tahu: Berhenti sejenak dan pikirkan bagaimana kita ingin pasangan kita bereaksi apabila kita membagikan perasaan yang sama. Kemudian pikirkan kenapa mereka merasakan apa yang mereka rasakan sekarang. Apa yang kira-kira mereka butuhkan saat ini? Anda barangkali akan terkejut ketika mengetahui bahwa pasangan Anda barangkali tidak selalu ingin Anda memberikan solusi terhadap masalah mereka. Sering kali, mereka sudah tahu apa yang mereka ingin lakukan, tetapi mereka tetap mendari dukungan moral. Pastikan respon Anda sesuai dengan apa yang mereka minta. Ragu-ragu? Silahkan bertanya.
  • Berikan dukungan: Dukungan emosional, kunci utama dari terapi-terapi seperti terapi perilaku dialektika (dialectical behavior therapy), adalah sinyal kuat yang menandakan Anda menerima seseorang dengan sepenuhnya. Kita dapat mengekspresikan validasi atau dukungan emosional dengan memberikan perhatian kita secara penuh, mengakui bahwa apa yang mereka rasakan adalah perasaan yang nyata, memberikan refleksi atas apa yang kita dengar dari mulut mereka, mengekspresikan rasa prihatin atau marah atas apa yang mereka alami, dan bertanya bagaimana Anda bisa mendukung mereka.
  • Beri perhatian pada apa yang tengah terjadi: Sukar apabila kita mendengar keluh-kesah orang yang kita cintai. Kadang-kadang fokus kita lepas, perhatian kita teralih, dan kita langsung berusaha untuk menyelesaikan masalah, atau mengganti topik permasalahan karena mendengarkan keluh-kesah pasangan membuat kita stres. Dengan latihan, Anda dapat mengawasi, menyadari, dan menerima perasaan-perasaan Anda sendiri bahkan saat Anda dengan kalem mendengarkan orang lain. Kami mengadaptasikan meditasi-meditasi dari praktisi-praktisi dan peneliti-peneliti kesadaran (mindfulness) seperti Jon Kabat-Zim, Thich Nhat Hanh pada sesi-sesi kami dengan beberapa pasangan. Banyak juga meditasi-meditasi yang tersedia di Internet.
  • Habiskan waktu bersama orang-orang terkasih dengan aktivitas-aktivitas yang memiliki nilai: Ini adalah pokok utama dari terapi-terapi seperti terapi  pasangan perilaku integratif (integrative behavioral couple therapy) dan dapat dilihat sebagai solusi yang masuk akal. Namun, menghabiskan waktu berkualitas dengan orang-orang tercinta dapat menjadi sulit ketika perhatian kita terbelah antara bekerja dari rumah, mengawasi anak belajar dan mengasuh mereka, menghadai penyebab-penyebab stres yang berawal dari pandemi, dan hiburan. Panggil kembali nilai-nilai Anda dan beri tanda di kalendar Anda untuk kegiatan-kegiatan hiburan bermakna. Perasaan-perasan positif yang muncul dari aktivitas-aktivitas ini dapat mendukung Anda dan orang tercinta.

Batasi pada mendengarkan

Untuk memastikan, kita memiliki batasan dalam mendengarkan perasaan orang lain. Bahkan pasangan yang paling toleran dan penuh kasih sayang barangkali tidak dapat merespon sesuai yang kita harapkan. Barangkali ini terjadi karena mereka sendiri butuh untuk menenangkan diri. Pada kasus seperti ini, barangkali lebih bijak apabila Anda mencari orang yang lebih berpengalaman dengan apa yang Anda rasakan atau mungkin pernah berada dalam situasi Anda.  Apabila Anda yang mendengarkan, dan Anda merasa kewalahan dengan perasaan pasangan Anda, adalah penting untuk mengedepankan diri Anda terlebih dahulu. Katakan kepada pasangan Anda bahwa Anda tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Apabila Anda atau pasangan Anda mengatakan kepada Anda bahwa kondisi emosional mereka benar-benar jatuh dan mereka ingin menyakiti diri sendiri, saatnya untuk menghubungi nomor darurat.

Bagi kita yang berbagi hal-hal yang baik dan buruk dengan orang terkasih pada masa wabah ini, mari sadari bahwa kita harus bersyukur atas hubungan-hubungan kita, kendati pembatasan sosial membuat kita merasa terbebani seperti sekarang. Masa-masa yang amat memicu stres ini akan berlalu dan kita akan bisa keluar dan menikmati udara lagi. Praktikkan fleksibilitas relasi untuk memastikan Anda dan pasangan Anda dapat menikmati hari bahagia yang dinanti-nanti tersebut.

Annmarie Caño adalah profesor bidang psikologi dari Universitas Wayne State.

Sumber berita dan diterjemahan dari :

https://www.thejakartapost.com/life/2020/05/02/how-to-listen-to-your-loved-ones-with-empathy-when-you-yourself-are-feeling-the-strain-of-social-distancing.html

https://theconversation.com/how-to-listen-to-your-loved-ones-with-empathy-when-you-yourself-are-feeling-the-strain-of-social-distancing-136377

Comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Ada yang bisa kami bantu?