Intuisi dan Pendidikan

Intuisi atau sering juga disebut sebagai Indera ke enam sering diasosiasikan dengan dunia supranatural, misalnya sebagai kemampuan melihat makhluk halus, mengusir makhluk halus dan sebagainya, bahkan yang lebih ekstrim lagi intuisi dianggap bisa melihat masa depan.  Padahal indera ini (intuisi atau instink) sebenarnya mencakup dimensi yang sangat luas.  Indra keenam (intuisi) dan dunia supranatural jelas memiliki cakupan yang berbeda. Masa  depan adalah milik Sang Pencipta. Manusia hanya bisa menjalani dan merubahnya dengan segala kebaikan yang telah diajarkan oleh Sang Pencipta melalui utusan NYA dan KITAB NYA. Mahluk halus adalah ciptaan Sang Pencipta.  Perkuatlah ketaqwaan Anda, perbaiki cara-cara yang menyimpang dari cara Anda beribadah, maka dengan seizin Sang Pencipta anda akan terbebas dari gangguan makhluk halus. Sederhana? iya sangat teramat sederhana, akan tetapi Anda harus mempelajari setiap detail sesuai dengan ajaran NYA. Manusia adalah yang makhluk yang dipercaya Sang Pencipta untuk memelihara Dunia, layak kah kita takut pada makhluk halus atau bahkan bekerjasama dengan mereka dalam pekerjaan sihir?? Kita wajib percaya akan keberadaan  makhluk halus karena sesuai dengan apa yang diajarkan Sang Pencipta dari utusan NYA  dan kitab-kitab NYA. 

Jadi kembali ke Judul dan kita mulai pertanyaan mendasarnya yaitu :

  1. apakah indera keenam (intuisi) itu ada?
  2. dapatkah dijelaskan secara ilmiah di dunia Pendidikan?

Jawabannya adalah Intuisi adalah salah satu nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada umat manusia dan bisa dijelaskan secara ilmiah. Mari kita tinjau dari sisi Agama terlebih dahulu, dimulai dari :

Dunia Islam 

Intuisi, atau yang dalam istilah teknisnya disebut hads merupakan pemahaman yang diperoleh secara langsung, tanpa perantara, tanpa rentetan dalil dan susunan kata, serta tanpa melalui langkah-langkah logika satu demi satu. (baca: Mausu’ah Mushthalahat al-Imam al-Ghazali) Ia semata-mata diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala sebagai karunia-Nya kepada manusia. Artinya, ilmu ini diperoleh dari peng-ilham-an yang disebut dengan ilmu ladunni, yakni ilmu yang di dalam memperolehnya, tidak ada perantara—yang menghubungkan—antara jiwa dan Pencipta. Ia adalah aliran cahaya ilham yang terjadi setelah jiwa mengalami penyempurnaan (taswiyyah). Oleh sebab itu, seseorang yang sampai pada martabat ilmu ladunni ini tidak memerlukan banyak belajar dan menderita kelelahan dalam proses pembelajaran. (baca: Al-Risalah Al-Laduniyyah). Ia diterima melalui pandangan batinnya atau rasa ruhaninya, yakni dzauq (ذوق), yang dialaminya secara langsung akibat penyingkapan hijab yang menyelubungi alam hakiki kandungan ilmu, yakni kasyf (كشف). Dengan kata lain, dzauq-lah yang menerima ilham dari Tuhan. Ia berperan sebagai daya tangkap yang sekaligus merasakan kehadiran yang ditangkap. Ia berhubungan dengan qalb, sebab qalb selain sebagai esensi, juga sebagai salah satu alat dalam jiwa manusia yang berfungsi untuk memperoleh ilmu.

Selain itu, intuisi atau hads juga merupakan pemahaman langsung akan kebenaran-kebenaran agama, realitas dan eksistensi Tuhan. Bahkan dalam tingkatannya yang lebih tinggi, intuisi adalah intuisi terhadap eksistensi itu sendiri. Dengan kata lain, ketika dengan intuisi yang lebih tinggi orang menemukan wujudnya suatu realitas, “penemuan” eksistensi realitas inilah yang disebut wijdan (‘irfan), yang sebelumnya telah dikatakan mengacu kepada intuisi eksistensi. (baca; Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam)

Berkenaan dengan intuisi pada tingkat-tingkat kebenaran yang lebih tinggi, intuisi tidak datang pada sembarang orang, tetapi datang pada orang yang telah mempersiapkan diri untuk itu. Ia datang pada orang yang merenungkan secara terus menerus hakekat realitas ini. Pemahaman langsung dan seketika yang disebutkan di atas terjadi ketika ia berada dalam keadaan taqwa kepada Tuhan, yaitu ketika ia memperoleh kediriannya yang lebih tinggi. Artinya, sebagai pengenalan yang merujuk kepada diri manusia khususnya dan kepada alam hakiki dan Tuhan Yang Hak, maka ilmu ini hanyalah dapat mungkin diterima oleh manusia dengan daya usaha amal-ibadah serta kesucian hidupnya—yakni dengan ke-ihsan-annya.

Intuisi adalah Sumber Kebijaksanaan Hati

 Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran. Sebagian besar manusia  sering mengingkari kata hati atau intuisi hati tersebut karena berbagai alasan keduniawian yang pada akhirnya justru menjerumuskan manusia tersebut ke dalam kemungkaran dan dosa.  Sesuai fitrahnya tersebut, seluruh manusia memiliki hati dengan fungsi yang sama, hanya saja diperlukan iman dan ketaqwaan untuk mematuhinya.

Cakupan dari Intuisi sangat teramat luas bukan ?? bukan hanya sekedar bisa berdialog dengan makhluk halus. Dunia pada saat ini sangat menghandalkan logika, padahal teori-teori peramalan dunia rasional, sering sekali sama spekulatifnya dengan intuisi. lihat saja yang dikerjakan seorang broker di bursa efek atau seorang yang bermain di valas (valuta asing). Lihat juga seorang ibu yang bisa memangil anaknya (yang berada di rantau) untuk segera pulang, tanpa piranti komunikasi apapun. Masih banyak contoh yang lainnya. Andapun dapat melihatnya jika Anda jeli dengan keadaan sekitar bagaimana intuisi adalah bagian dari hidup manusia.

Menurut para ahli psikologi, intuisi bukan suatu kemampuan supranatural atau keajaiban. Bahkan Mukjizat (Mukjizat hanya ada pada Utusan Sang Pencipta / Nabi dan Rasul). Intuisi merupakan sekumpulan proses fisik yang membuat kita tetap bertahan hidup, seperti denyut jantung, tekanan darah, bernafas, berlangsung tanpa kita sadari. Intuisi memberi kita sinyal-sinyal mengenai apa yang telah terjadi dan apa yang bakal terjadi. Akan tetapi intuisi hanya menangkap sinyal bukan memastikan kejadian di masa depan. Karena hal itu tetap kuasa Sang Pencipta. Maka dari itu kita wajib Beriman dan Beribadah sesuai dengan Ajaran NYA dan hanya kepada NYA tanpa perantara.

Pada era modern, menurut Lynn Robinson, M.Ed, intuisi adalah sumber kebijaksanaan yang bisa diandalkan dalam hidup kita (dalam buku Define Intuition: Your Guide to Creating a Life to Your Love). Intuisi dapat berupa pemikiran, sebuah bayangan, mimpi, suatu emosi atau sensasi fisik. Tetapi, sebagian dari kita mungkin tidak mengenali tanda-tanda intuitif karena kita tak tahu apa itu intuisi.

Pemikiran, bayangan, mimpi, suatu emosi, atau sensasi fisik sesaat merupakan gejala yang tidak dapat dikendalikan oleh rasionalitas kita. Terpacunya kelenjar adrenalin karena nyaris menabrak sesuatu ketika sedang menyetir mobil, memiliki penjelasan dari sisi fisik dan psikologis. Namun, tiba-tiba jantung Anda terpacu tanpa sebab. mungkin saja itu cerminan dari intuisi Anda.

Kemampuan yang berhubungan dengan dunia makhluk halus (Jin), memang merupakan salah satu sisi dari kekayaan indera keenam. Ada orang-orang tertentu yang diberikan kepercayaan oleh Sang Pencipta untuk melihat makhluk halus, bahkan mereka bisa berdialog, namun kemampuan dunia Jin tidak dimiliki oleh setiap orang. Selain kesiapan mental-emosional diperlukan juga kematangan psikologis. Sikap empati sangat dibutuhkankan, . Banyak orang yang memilih jalan singkat dengan bekerjasama dengan Jin atau melakukan pekerjaan sihir. Dengan jampi-jampi, tidak jarang memakai ayat-ayat suci yang menyebabkan fitnah pada ayat-ayat NYA. Banyak  juga orang yang under-estimated pada dunia ini. Tetapi pada kenyataannya disetiap belahan dunia memang ada dan merupakan suatu realitas yang ada. 

Demikian Pengantar tulisan Intuisi dan Pendidikan ini.  In shaa ALLAH penulis dapat kembali menghadirkan kelanjutan dari tulisan ini. Silahkan tuliskan di kolom komentar jika ada pertanyaan, masukan atau bahkan kritikan. Biar bagaimanapun tanggapan akan membuat tulisan ini lebih lengkap, menarik dan dapat mencakup ke segala detail sesuai dengan judulnya.

Comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Ada yang bisa kami bantu?