POLA RATA-RATA CARA BELAJAR SISWA/I BAGIAN 4

Dear all

Setelah menulis tipe belajar bagian 3, maka sebelum melanjutkan item berikutnya, yaitu :

-Tipe belajar 4 : Verbal Association (Asosiasi verbal)
-Tipe belajar 5 : Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
-Tipe belajar 6 : Concept Learning (Belajar konsep)
-Tipe belajar 7 : Rule Learning (Belajar aturan)
-Tipe Belajar 8 : Problem Solving (Pemecahaan Masalah)

Penulis akan mencoba untuk menggambarkan karakteristik gaya belajar siswa/i yang tidak kalah pentingnya untuk dipahami oleh pengajar ataupun orang tua. Adapun karakteristik itu diantaranya adalah :

Visual
Gaya belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan
Membaca, menyukai deskripsi, sehingga sering kali di tengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis
Menulis, hasil tulisan cenderung baik, terbaca jelas dan rapi.
Ingatan, ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada.
Distraktibilitas, lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respon terhadap periode kosong aktivitas, jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat.
Respon untuk situasi baru, melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, mudah menangis dan marah, tampil ekspresif
Komunikasi, tenang tak banyak bicara panjang, tak sabar mendengar, lebih banyak mengamati.
Penampilan, rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, dari pada karya secara keseluruhan.   

Auditori
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain
Membaca, menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada
Mengeja, menggunakan pendekatan melalui bunyi kata
Menulis, hasil tulisan cenderung tipis, seadanya
Ingatan, ingat nama lupa muka, ingatan melalui pengulangan.
Imajinasi, tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas, mudah terpecah perhatiannya dengan suara.
Pemecahan, pemecahan masalah melalui lisan.
Respon terhadap periode kosong aktivitas, ngobrol atau bicara sendiri.
Respon untuk situasi baru, bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.
Penampilan, tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
Respon terhadap seni, lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.

Kinestetik
Gaya, belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung
Membaca, lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.
Mengeja, sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya
Menulis, hasil tulisan “nembus” dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.
Ingatan, lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan.
Imajinasi, imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.
Distraktibilitas, perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respon terhadap periode kosong aktivitas, mencari kegiatan fisik bergerak.
Respon untuk situasi baru, mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi.
Emosi, melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
Penampilan, rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
Respon terhadap seni, respon terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.

Setiap individu bisa memiliki salah satu dari karakteristik ini, atau pun perpaduan diantaranya. Orang tua dan pengajar harus jeli dalam melihat hal ini, jangan paksakan gaya belajar kita kepada siswa/i kita akan tetapi bantu mereka dalam mengatur strategi, displin dengan cara mereka. Sertakan point reward untuk mereka sehingga seimbang antara “reward dan punishment”

Dengan memadukan antara karateristik ini dengan Pola belajar siswa/i ini diharapkan akan lebih mempersiapkan para pengajar dalam menghadapi medan tempur yang akan mereka hadapi.

To Be Continued

Best Regards
Senopati Center

Comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Open chat
Ada yang bisa kami bantu?